Kecerdasan Buatan Pada Mobil Otonom

Julian Akbar Renaldi - Pada era industri 4.0 ini kemajuan teknologi semakin pesat, khususnya bidang kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan sangat membantu manusia dalam menjalankan kegiatan sehari - hari. Perusahaan transportasi juga tidak ketinggalan dalam memanfaatkan kecerdasan buatan pada produk mereka. Mobil di era sekarang sudah ada yang dilengkapi dengan sistem mengemudi otomatis. Dengan adanya sistem ini diharapkan bisa membantu manusia dalam berkendara dan menekan angka kecelakaan yang disebabkan oleh human error. Bukan berarti dengan adanya sistem ini keselamatan pengemudi dan pengguna jalan lain dapat dijamin. Karena mobil otonom milik Uber pernah menabrak seorang pejalan kaki yang disebabkan oleh kecacatan software sistem[1].


Bagaimana sistem otonom mobil bekerja ?



Sitem mengemudi otomatis pada mobil bekerja dengan a sejumlah sensor adanya bantuan sensor dan alat pada mobil. Berikut blok diagram sistem otonom pada mobil,



Alur dari sistem mobil otonom dibagi 4, yatu sensors, perception, planning dan control. Pada bagian sensors berguna sebagai input. Hasil dari sensor kamera akan diolah menggunakan kecerdasan buatan untuk mendeteksi jalur, lampu lalu lintas, rambu lalu lintas dan objek lainnya. Lidar berfungsi sebagai sensor objek, mendeteksi ruang kosong dan lokalisasi. Sedangkan GPS akan berguna sebagai lokalisasi jalur pada peta.

Setelah mendapatkan data dari sensor dan perception, data ini digunakan sebagai pertimbangan bagian planning. Planning meliputi route planning, prediction, behavior planning dan trajectory planning. Setelah proses planning dilakukan, aksi dari mobil akan dikontrol oleh PID (proportional integral derivative), MPC (model predictive control). Aksi dari mobil seperti akselerasi, kemudi dan pengereman akan dikontrol dibagian ini[2].




Referensi :
[1] www.engadget.com/2018/03/19/uber-stops-all-self-driving-car-tests-after-fatal-accident/

[2] medium.com/udacity/how-the-udacity-self-driving-car-works-575365270a40